Thursday, June 11, 2009

Cerpen saya yang jadi juara dua di lomba apaaaa gitu....

Bukan cowok cool
Gue orangnya kalem banget. Nggak banyak ngomong, nggak neko neko, nggak ribut dan nggak bertanduk. Nah, sebagai orang yang punya citra pendiam dan cool (ngarep), gue selalu jaga imej dimanapun gue berada. Semua temen temen nggak ada yang berani ngeledekin karena segan dan takut karena gaya gue yang cool dan badan gue yang atletis luar biasa(kayak Aming).
Suatu hari gue ikutan kejuaraan pencak silat tingkat kabupaten buat memperebutkan seorang cewek muda (ya enggak lah..). Gue turun di kelas E karena berat gue Cuma 50 kg (sementara tinggi gue 178…..kayak aming banget kan???). Semua berlangsung dengan indahnya dan gue masih cool dimata orang orang hingga sebuah tragedy yang merubah dunia persilatan terjadi. Cerita bermula dari sini (dibawah)
* * *
Sehari sebelum hari Z (kenapa harus selalu hari H? sekali kali gue mau pake hari Z), gue bingung ntar di pertandingan mau pake baju apa yah? (emang mau karnaval) soalnya gue masih anak baru yang cool jadi belum punya baju pertandingan. Buat latihan aja cuma pake kolor sama kacamata doang….(walaupun miskin yang penting cool). Setelah berkelana mencari relawan yang mau minjamin seragam silat dan rela menanggung penyakit kadas, kudis, kurap dan borok yang bakal gue tularin lewat pakaiannya, gue berhasil meminjam baju dari seorng senior yang baik hati dan nyolong celana dari jemuran senior yang kulitnya sehat (kami sekolah di Boarding school, jadi bisa nyolong jemuran orang dengan riang gembira). Akhirnya urusan pakaian beres……..tapi tunggu dulu, gue lupa satu hal, celana yang gue colong ternyata nggak ada tali pengikatnya. Pinggangnya juga kegedean buat pinggang gue yang gede bange segede lampu neon. Gue jadi pusing lagi…..soalnya nggak mungkin gue dateng kerumah si senior berkulit sehat dan bilang kedia “bang, celananya kegedean…..boleh di kecilin nggak?” padahal gue nyolong dari jemuran. Akhirnya gue terpaksa make tu celana longgar ke pertandingan.
# # #
Pagi pagi banget gue keluar dari asrama karena takut kalau kesiangan bisa ketemu sama senior berkulit sehat dan gue dibanting trus di tindih sampe kempes (sekarang aja udah kempes….). Celana yang kegedean gue ikat pake tali sepatu. Karena baju silat itu lumayan panjang trus ada sabuk, jadi gedenya pinggang celana gue itu nggak keliatan banget.
Dengan gaya yang selalu cool, gue berjalan ke lokasi pertandingan. Di sana, gue daftar, trus duduk nonton pesilat lain yang lagi tanding. Giliran gue masih jauh soalnya pertandingan dimulai dari kelas A yang jumlahnya bisa sampai 8 orang. Gue pun hanya bias duduk dan bergaya sangat cool (sangat cool sekali, bahkan tingkat ke”cool”an gue mencapai puncaknya saat itu). Menurut guru gue, gaya cool sebelum pertandingan sangat dibutuhkan buat bikin lawan takut. Karena gue adalah anak yang baik, patuh pada guru dan orang tua, pintar dan rajin menabung, maka gue ikuti perkataan guru gue itu.
Jam 2 siang pertandingan kelas D habis. Artinya pertandingan kelas E akan segera dimulai dan itu adalah kelas gue…….gue langsung tancap ke toilet. Benerin celana, cuci muka, cuci kaki, tidur…..yaa enggak lah….gue ke toilet, pipis, benerin celana, trus keluar dengan gaya yang masih sangat cool.
Lima menit kemudian, nama gue dipanggil. Gue udah siap…yeaahhhh……..
Di atas matras atau arena pertandingan, gue langsung pasang gerakan gerakan yang cool. Cewek cewek yang nonton semua meneriakan nama gue karena lawan gue orangnya nggak cool (baca: lebih cakep dari gue). Semangat gue makin membara. Kami lalu saling menyerang, bertahan, jatuh, banting, tending, pukul. Ronde pertama masih biasa. Semua masih terkendali. Gue Cuma jatuh sekali. Nggak masalah.
Masuk ke ronde kedua, gue mulai bermasalah dengan si celana kendor. Gue nggak sadar ternyata waktu gue jatuh tadi, tali sepatu yang gue pake buat ngikat celana itu copot. Supaya bisa tetap cool dan keren, gue pura pura nggak peduli aja sambil berdoa moga aja celana nggak melorot. Cewek cewek yang nonton berteriak makin keras dan brsemangat. Otomatis, gue juga jadi makin terbakar. Gue lalu bertarung dengan semangat menggebu gebu seperti asap knalpot vespa bokap. Ternyata inilah akhir dari ke”cool”an gue di dunia ini. Semangat gue yang menggebu gebu membuat keki gue jadi makin lincah dan gue menendang lawan gue tepat di perutnya. Namun, saying sungguh disayang, lawan gue bukanlah seperti yang gue lihat di filem filem. Dia bergerak lebih cepat. Menangkap kaki gue (bagian bawah celana maksudnya), lalu mundur selangkah dan membuat gerakan berputar berlawanan arah dengan kuda kuda gue dan……………..bruuuukkkk……gue jatuh. Namun itu belum seberapa, yang parahnya, celana gue copot total……..
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk………………………………..
Celana gue copot dan kebawa oleh lawan gue sehingga dia juga ikut jatuh. Gue saat itu belum terlalu sadar dengan apa yang terjadi, sehingga gue berdiri lagi. Trus pasang kuda kuda, tapi ada yang aneh, cewek cewek yang tadi berteriak menyemangati gue sekarang malah tertawa sambil pura pura nggak liat. Gue curiga, lalu gue lihat kiri kanan. Wasit dan juri juga ikut tertawa dan pura pura nggak liat gue. Kecerdasan gue yang tinggi lalu menuntun kepala gue untuk menunduk sedikt lalu mat ague malihat kearah bawah dan…..gue Cuma make kolor merek Spider warna biru muda dan pelindung kemaluan ukuran S (ha ha ha ha ha ha) warna putih kotor.
Oh tuhan….hancur sudah citra ke”cool”an yang gue jaga selama ini. Saat itu gue ingin rasanya lari ke toilet, ambil tali sepatu terus gantung diri di pintu toilet yang tingginya 176 cm. waktu seakan berhenti dan hanya tinggal gue seorang diri. Gue seolah mendengar suara ribuan lebah mengerubungi gue lalu menggigit gue hingga mati…….huuuuaaaaa……dan begitulah pertandingan berakhir dengan gue kalah telak 3-0 dari 3 juri. Selanjutnya gue menanamkan dilubuk hati yang paling dalam bahwa di masa depan, gue akan ngembaliin celana senior yang gue colong dan gue nggak akan nyolong celana yang kegedean lagi.
(kisah ini nyata dan benar adanya)

Ruddi nefid
Berry College, GA, USA