Saturday, August 15, 2009

SSUuuupppppp???


Assalamualaikum saudara....
Beberapa bulan telah berlalu semenjak terakhir kali saya posting disini..
kesibukan kerja dan hal hal lain membuat saya tidak ada waktu untuk memperbaharui blog ini.
Tidak terasa sekarang kita akan menghadapi lagi bulan ramadhan ....bulan yang selalu ditunggu tunggu oleh orang yang beriman karena ada berlimpah anugerah yang bisa kita ambil padanya dengan beribadah. Juga merupakan bulan yang selalu ditunggu anak anak karena merupakan kesempatan mendapatkan baju lebaran dan uang THR diakhirnya nanti.
Banyak orang menyalah artikan bulan ramadhan sebagai bulan saat bermalas malasan dari berbagai rutinitas. Puasa dijadikan tameng untuk bisa melalaikan tugas yang menghadang. padahal ramadhan adalah saat yang paling tepat untuk menyingsingkan lengan baju, berkerja dengan ikhlas dan disertai ibadah yang benar. Maka nanti hasil yang didapat akan terasa berlipat lipat kenikmatannya. percayalah saudara saudara, Puasa tidak akan menghalangi aktivitas kita. Justru puasa memberikan kita kekuatan baru untuk menghadapi segala tantangan bila kita mau menyadari.

Insyaallah, BUlan ramadhan tahun ini saya akan sangat sibuk dengan segala aktivitas perkuliahan, kerja, dan mengajar kelas silat di kampus. semoga dengan melakukan semuanya dengan ikhlas, dapat membawa kebaikan bagi kita semua.

Baiklah saudara saudara ....mari kita masuki bulan penuh rahmat ini dengan segala kebersihan jiwa dan raga. Saya mohon maaf bila ada tulisan saya di blog ini yang menyinggung anda sekalian. Selamat berpuasa..

Thursday, June 11, 2009

Cerpen saya yang jadi juara dua di lomba apaaaa gitu....

Bukan cowok cool
Gue orangnya kalem banget. Nggak banyak ngomong, nggak neko neko, nggak ribut dan nggak bertanduk. Nah, sebagai orang yang punya citra pendiam dan cool (ngarep), gue selalu jaga imej dimanapun gue berada. Semua temen temen nggak ada yang berani ngeledekin karena segan dan takut karena gaya gue yang cool dan badan gue yang atletis luar biasa(kayak Aming).
Suatu hari gue ikutan kejuaraan pencak silat tingkat kabupaten buat memperebutkan seorang cewek muda (ya enggak lah..). Gue turun di kelas E karena berat gue Cuma 50 kg (sementara tinggi gue 178…..kayak aming banget kan???). Semua berlangsung dengan indahnya dan gue masih cool dimata orang orang hingga sebuah tragedy yang merubah dunia persilatan terjadi. Cerita bermula dari sini (dibawah)
* * *
Sehari sebelum hari Z (kenapa harus selalu hari H? sekali kali gue mau pake hari Z), gue bingung ntar di pertandingan mau pake baju apa yah? (emang mau karnaval) soalnya gue masih anak baru yang cool jadi belum punya baju pertandingan. Buat latihan aja cuma pake kolor sama kacamata doang….(walaupun miskin yang penting cool). Setelah berkelana mencari relawan yang mau minjamin seragam silat dan rela menanggung penyakit kadas, kudis, kurap dan borok yang bakal gue tularin lewat pakaiannya, gue berhasil meminjam baju dari seorng senior yang baik hati dan nyolong celana dari jemuran senior yang kulitnya sehat (kami sekolah di Boarding school, jadi bisa nyolong jemuran orang dengan riang gembira). Akhirnya urusan pakaian beres……..tapi tunggu dulu, gue lupa satu hal, celana yang gue colong ternyata nggak ada tali pengikatnya. Pinggangnya juga kegedean buat pinggang gue yang gede bange segede lampu neon. Gue jadi pusing lagi…..soalnya nggak mungkin gue dateng kerumah si senior berkulit sehat dan bilang kedia “bang, celananya kegedean…..boleh di kecilin nggak?” padahal gue nyolong dari jemuran. Akhirnya gue terpaksa make tu celana longgar ke pertandingan.
# # #
Pagi pagi banget gue keluar dari asrama karena takut kalau kesiangan bisa ketemu sama senior berkulit sehat dan gue dibanting trus di tindih sampe kempes (sekarang aja udah kempes….). Celana yang kegedean gue ikat pake tali sepatu. Karena baju silat itu lumayan panjang trus ada sabuk, jadi gedenya pinggang celana gue itu nggak keliatan banget.
Dengan gaya yang selalu cool, gue berjalan ke lokasi pertandingan. Di sana, gue daftar, trus duduk nonton pesilat lain yang lagi tanding. Giliran gue masih jauh soalnya pertandingan dimulai dari kelas A yang jumlahnya bisa sampai 8 orang. Gue pun hanya bias duduk dan bergaya sangat cool (sangat cool sekali, bahkan tingkat ke”cool”an gue mencapai puncaknya saat itu). Menurut guru gue, gaya cool sebelum pertandingan sangat dibutuhkan buat bikin lawan takut. Karena gue adalah anak yang baik, patuh pada guru dan orang tua, pintar dan rajin menabung, maka gue ikuti perkataan guru gue itu.
Jam 2 siang pertandingan kelas D habis. Artinya pertandingan kelas E akan segera dimulai dan itu adalah kelas gue…….gue langsung tancap ke toilet. Benerin celana, cuci muka, cuci kaki, tidur…..yaa enggak lah….gue ke toilet, pipis, benerin celana, trus keluar dengan gaya yang masih sangat cool.
Lima menit kemudian, nama gue dipanggil. Gue udah siap…yeaahhhh……..
Di atas matras atau arena pertandingan, gue langsung pasang gerakan gerakan yang cool. Cewek cewek yang nonton semua meneriakan nama gue karena lawan gue orangnya nggak cool (baca: lebih cakep dari gue). Semangat gue makin membara. Kami lalu saling menyerang, bertahan, jatuh, banting, tending, pukul. Ronde pertama masih biasa. Semua masih terkendali. Gue Cuma jatuh sekali. Nggak masalah.
Masuk ke ronde kedua, gue mulai bermasalah dengan si celana kendor. Gue nggak sadar ternyata waktu gue jatuh tadi, tali sepatu yang gue pake buat ngikat celana itu copot. Supaya bisa tetap cool dan keren, gue pura pura nggak peduli aja sambil berdoa moga aja celana nggak melorot. Cewek cewek yang nonton berteriak makin keras dan brsemangat. Otomatis, gue juga jadi makin terbakar. Gue lalu bertarung dengan semangat menggebu gebu seperti asap knalpot vespa bokap. Ternyata inilah akhir dari ke”cool”an gue di dunia ini. Semangat gue yang menggebu gebu membuat keki gue jadi makin lincah dan gue menendang lawan gue tepat di perutnya. Namun, saying sungguh disayang, lawan gue bukanlah seperti yang gue lihat di filem filem. Dia bergerak lebih cepat. Menangkap kaki gue (bagian bawah celana maksudnya), lalu mundur selangkah dan membuat gerakan berputar berlawanan arah dengan kuda kuda gue dan……………..bruuuukkkk……gue jatuh. Namun itu belum seberapa, yang parahnya, celana gue copot total……..
Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk………………………………..
Celana gue copot dan kebawa oleh lawan gue sehingga dia juga ikut jatuh. Gue saat itu belum terlalu sadar dengan apa yang terjadi, sehingga gue berdiri lagi. Trus pasang kuda kuda, tapi ada yang aneh, cewek cewek yang tadi berteriak menyemangati gue sekarang malah tertawa sambil pura pura nggak liat. Gue curiga, lalu gue lihat kiri kanan. Wasit dan juri juga ikut tertawa dan pura pura nggak liat gue. Kecerdasan gue yang tinggi lalu menuntun kepala gue untuk menunduk sedikt lalu mat ague malihat kearah bawah dan…..gue Cuma make kolor merek Spider warna biru muda dan pelindung kemaluan ukuran S (ha ha ha ha ha ha) warna putih kotor.
Oh tuhan….hancur sudah citra ke”cool”an yang gue jaga selama ini. Saat itu gue ingin rasanya lari ke toilet, ambil tali sepatu terus gantung diri di pintu toilet yang tingginya 176 cm. waktu seakan berhenti dan hanya tinggal gue seorang diri. Gue seolah mendengar suara ribuan lebah mengerubungi gue lalu menggigit gue hingga mati…….huuuuaaaaa……dan begitulah pertandingan berakhir dengan gue kalah telak 3-0 dari 3 juri. Selanjutnya gue menanamkan dilubuk hati yang paling dalam bahwa di masa depan, gue akan ngembaliin celana senior yang gue colong dan gue nggak akan nyolong celana yang kegedean lagi.
(kisah ini nyata dan benar adanya)

Ruddi nefid
Berry College, GA, USA

Monday, May 11, 2009

masuk koran lageeeeeee

‘Salam, y’all’: From the mountains of Indonesia to the hills of Rome, 3 young men have embraced their second home.

by Charlotte Atkins
9 hrs ago | 123 views | 0 0 comments | 0 0 recommendations | email to a friend | print
Syaweli Saputra, left, Ruddi Nefid and Nugroho from West Sumatra in Indonesia wear traditional attire from their Minangkabau culture. They demonstrated the martial art form pancak silat at First Baptist Church after thanking church members for their support this past school year. (photo by Charlotte Atkins)
Syaweli Saputra, left, Ruddi Nefid and Nugroho from West Sumatra in Indonesia wear traditional attire from their Minangkabau culture. They demonstrated the martial art form pancak silat at First Baptist Church after thanking church members for their support this past school year. (photo by Charlotte Atkins)
slideshow
Syaweli Saputra loved the experience of Darlington’s senior prom — especially donning a dapper tuxedo.
Ruddi Nefid loves to paint, so much so that he changed his major at Berry to studio art. This is his self-portrait.
A highlight of Nugroho’s year at Shorter was the chance to visit Universal Studios during spring break.

Jan Williams created a nonprofit foundation to help youths from other cultures get a strong secondary education. Williams is shown with the Indonesian trio Syaweli Saputra, left, Ruddi Nefid and Nugroho after they performed a pancak silat demonstration at First Baptist Church after thanking church members for their support this past school year. (photo by Charlotte Atkins / RN-T)
Jan Williams created a nonprofit foundation to help youths from other cultures get a strong secondary education. Williams is shown with the Indonesian trio Syaweli Saputra, left, Ruddi Nefid and Nugroho after they performed a pancak silat demonstration at First Baptist Church after thanking church members for their support this past school year. (photo by Charlotte Atkins / RN-T)
slideshow
They came to the land of “y’all,” venturing 10,000 miles from the mountains of West Sumatra for the chance for an American education.


Three young Indonesian men — Ruddi Nefid, Syaweli Saputra and Nugroho — were brave and blessed enough to leave their villages to come to Rome to learn.

And learn they did. They learned lasagna and steak are mighty tasty. They learned the national monuments and museums of Washington, D.C., are “amazing,” and the same goes for spring break at Universal Studios in Orlando.

One learned that his true passion is art. Another learned how handsome he looks in a prom tuxedo. They all learned that we Southerners love to hug.

And now they do too, if their visit to First Baptist Church was any indication as members stopped by their table at the Wednesday night dinner to wish them well as they wrap up their school year. More than once the young men stood for hugs.

The church has been a support system for them in their inaugural year in the United States as it has been for Jan Williams, the Rome woman who founded a nonprofit group to help young people like these three.

Several years ago, Williams lived and worked in Indonesia, teaching tennis to students. There she experienced how motivated and bright they were, and yet few educational opportunities beyond high school exist in the world’s largest archipelago nation.

So Williams helped found the Ruble International Education Initiative. It’s based here in education-rich Rome, where three private educational institutions stepped up and pledged their support.

Ruddi, who is from Bukittinggi, attends Berry College on a four-year scholarship, while Nugroho, from Sawahlunto, attends Shorter College on a four-year scholarship.

Syaweli, on scholarship for the year, will graduate from Darlington School next Saturday. That same day, he’ll board a plane home to his village of Maninjau halfway around the world. He plans to attend medical school in Indonesia with further support from RIEI.

The year has held surprises and challenges as they’ve navigated a new culture. But with the guidance of people like Williams, fellow church member Allison Brooks, board member Tina Rush, First Baptist minister of faith development Prissy Tunnell and others, the students have had a loving network to help them adapt and cope.

Major decisions

When asked what’s the most surprising thing to learn in their first year, Nugroho said, “I was surprised that American college students change majors so much in the first one or two years.”

Funny he should mention that. You see, Nugroho has always loved science and his dream is to be an engineer.

That path was unlikely for him until Williams and her group presented him with an unfathomable opportunity. He’s loved his first year at Shorter, where his study focus was business administration.

He now has another opportunity, a full four-year scholarship to Mercer University to get his degree from its School of Engineering. “If I could do anything, in my heart, I want to be an engineer,” he told Williams.

But his bags are not yet packed for Macon. For that to become a reality, RIEI needs to raise the $8,000 a year for room and board. It was difficult to consider transferring because he has built a base of support and friendship here in Rome, he said. But he also knows a blessing when he sees it.

“Sometimes we have to do things to get what we want. Engineering is what I want to do.”

Ruddi, too, discovered his passion in his freshman year at Berry. He was on track to study computer science.

His grandfather and father loved to paint. So does Ruddi. “We have an artistic nature,” he said. He took an art class his first semester at Berry, and it rekindled his love of art. Now he’s decided that art is his new major.

A Tiger at heart

For Syaweli, the path has been clearer. He came to attend Darlington School for a year before returning to Indonesia to pursue his medical education. With his graduation and departure just days away, it’s obvious his emotions are stirring.

“I am excited to see my family, yes, but so sad to leave my American friends and all the things here,” said Syaweli.

“I love America, and I hope this is not my last time to come here.”

But he made the most of his time here. He has been an A-B student at Darlington — as they all have at their respective schools — and was involved in the school’s drama program. He went to his first prom, which he said was thrilling.

And for spring break Betsy and Georgia Awsumb, Darlington English teachers, took him with them to Washington, D.C. He saw the Capitol, Lincoln Memorial and Washington Monument and visited the Museum of Natural History, the White House and the Space Museum.

But when he speaks about Washington, he mostly effuses about the Awsumbs. “They feel like my American grandparents,” he said.

His love of Darlington is obvious, and his excitement about graduation is palpable, even though it’s tinged with the sadness of saying goodbye — not only to his Rome friends, but also to his cohorts who will remain in Georgia to complete their college education.

But the three vow to keep in touch. And they will do that the same way they have been able to stay in touch with their families back home, through e-mail and the Internet.

Cultural ambassadors

When they first arrived in Rome, Ruddi was shy and the quietest of the three. He’s still no chatterbox, but now there’s a budding confidence and a willingness to engage. He smiles more, especially if he’s talking about art or pencak silat, the martial art form of Indonesia.

All three students studied it in high school, but Ruddi is more advanced and is instructor-level. He may teach pencak silat next year at Berry. “We will work this summer to make that happen,” he said.

He explained that there are two basic styles of the martial art form, but there are thousands of variations. “Every village has its own style.” He said the “focus is not so much on attacking an opponent as it is on defense of self.”

The trio demonstrated pencak silat at the First Baptist dinner as well as other events in town, such as the Rome International Festival, garbed in traditional Minangkabau attire with a colorful wrap called a sampiang and a head scarf that’s called a deta.

While Ruddi played a flute, Syaweli and Nugroho performed a modern pencak silat style known as “Satria Muda Indonesia” for their church patrons. Ruddi then did a greeting movement “Salam” (which is their culture’s verbal greeting or salutation meaning “peace”) of the traditional style called “Silek Tuo.”

All three say sharing their culture and religion has been as fulfilling as their experiences and learning about American culture and ways.

Along the way, said Nugroho, stereotypes have given way to mutual understanding of one another’s culture.

“That’s a large part of what we hoped would happen,” said Williams.

RIEI’s mission

The foundation that had its seed in Williams’ heart continues to reap support. Not only has Mercer offered a scholarship, but Wesleyan College in Macon has also offered a full scholarship for a female student.

Ruddi, Syaweli and Nugroho have shown Williams and others that their mission is a worthy one. Her First Baptist family has been a cornerstone of its success, says Williams.

“They have been a source of support in a wide variety of ways. Whether it’s been prayer, financial, sharing their homes or collecting items, they have rallied around anything we have needed.”

A crucial component, says Williams, is that these young men will return to Indonesia and make a difference in their country. A condition of being allowed to be educated in the U.S. is that they’ll return and work under contract for four years with the Indonesian government.

“They will be giving back so much when they return,” said Williams.

Those who have borne witness to the past nine months rejoice in the young men’s success so far.

“It’s been so exciting to see how they’ve changed this year. They’ve adapted so well and are so much more at ease,” said Allison Brooks.

‘A million thanks’

The value of the opportunity to immerse themselves in American life and get a top-notch education is not lost on these young men. Nor is Williams’ role as the linchpin that made it happen.

“If she didn’t give us this chance, it all would have just stayed a dream, a wish that never came true,” said Nugroho. “We would like to thank her and everyone who made the chance to let us experience American college life and continue our education.”

Syaweli enthusiastically added, “a million thanks! If not for her, I would not have gotten to come here to have all these experiences.”

Ruddi just quietly shook his head and then said, “There are no words enough to express how much this means to us.”

But there is one word that’s been heard to slip from at least two of their mouths that is perhaps telling of just how adapted and fond they’ve become of Rome and the people here — “y’all.”

To learn more

For more information or to help, visit the RIEI at rubleinternationaledu.org or e-mail Jan Williams at jntwilliams@aol.com.

Sunday, April 19, 2009

rome international festival







Alhamdulillah hari sabtu, 18 april 2009 patang ko, kami disiko tampil di acara rome international festival di Downtown Rome, GA.
Awalnyo kami sempat ragu waktu di tawarkan untuak tampil di acarako. sabananyo acaranyo ndak formal bana do, tapi kami kurang persiapan. waktu kami talampau sampik dek karano banyak tugas ditambah lo kini lah mendekati ujian, jadi sekitar 5 hari nan lalu kami kecekkan ka panitia kalau kami mungkin ndak bisa tampil. eh,..kironyo jadwal lah sudah. panitia arok bana lo kami bisa tampil. yoo...tapaso kami atur jadwal untuak latihan. sampai sampai ambo nginap di asrama si nugroho hari jumat patang dek kami latihan jumat sore jo sabtu pagi. pas nginap di asrama si nugroho, indak bisa lo ambo lalok dek karano kawannyo dikamar. jadi tapaso lah kami nongkrong se di student center sampai tangah malam. si nugroho lai laloknyo..kalau ambo bukak2 youtube se lai dari jam 11 malam sampai jam 4 pagi.


alhamdulillah, pengorbanan kami ndak sio sio, penampilan kami lai mandapek apresiasi dari penonton walaupun ado beberapa garakan nan salah atau kurang mantap. untuanglah penonton lai indak tau ha ha ha ha ha ha....

Alhamdulillah lo liak, tadi pagi kironyo kami masuak koran. halaman muko lo lai....jadi headline. potonyo ambo sadang mambantiang si nugroho, tu si putra pasaang kudo2. padiah bana ko a.

ok lah sanak kasadonyo.....lah malam pulo hari disko. bisuak ka kuliah jam 11 siang. ado kuis jo dr. sundblad.....

Wassalam

Saturday, April 4, 2009

performance

Alhamdulillah, tanggal 4 april patang ko ambo tampil di acara world festival di kampus.
ambo tampil main pupuik sarunai, bansi jo basilek.....ko di bawah ado videonyo..tapi bagian yang main pupuik sarunai ambo potong....masalahnyo bunyinyo labiah mirip musik india daripado minang.. he he he he he he
maklum se lah, baraja maambuih pupuik sarunai baru patang ko baru....

Tuesday, March 17, 2009

Hmmmm.....Salamaik datang sanak kasadonyo...

Assalamu'alaykum....
Mulai dari postingan yang kini, ambo ka mambuek blog ko manjadi blog babahaso urtang awak... blog babahaso minang. yeah......it's so cool sanak....
Kini kito mulai dari hal yang paliang pantiang bagi ambo. kini ambo sadang libur spring break kalau bahaso awaknyo libur dek karano musim dingin alah habih dan ka mamasuki musim semi. dua minggu nan talampau ambo dapek hasil grade dari tugas lukisan ambo yang katigo. Alhamdulillah sanak, nilai ambo yang tertinggi di kelas. Ambo dapek 93 samantaro rato2 kelas cuma 81........
o iyo ikonyo lukisan ambo tu........


Ambo tadi sadang seteres..he he he he he he h antah apo nan takana di kapalo ko, tibo tibo se ambo ambiak hp, ambo pakai kopiah haji, ambo pakai kacomato, ambo naiakan sarawa sampai ka dado.....mode ko potonyo jadinyo ha.....

Sakian se dulu yo sanak kasadonyooo............ambo ka mambuek mi ciek dulu....lah litak paruik, sampai sampai bacaruik caruik galang galang didalamnyo ha ha ha ha ha ha ha....
Wassalam

Saturday, February 28, 2009

orang gila, lagu dan lukisan ketiga......

Wassalamu'alaykum saudara saudara.......
GW kembali berbuat gila seperti biasa, he he he he kali ini gw bikin poto sambil kayang pake kepala......sebenarnya poto ini di ambil 2 minggu lalu, tapi berhubung gw malas update blog, yaaa baru sekarang sempat masukin potonya........
o iya, gw kemaren, sibuk nostalgia pengalaman di agam cendekia.....he he he he he, trus gw ingat waktu kelas X, ada salah satu teman sekelas gw yang jago nyanyi, bikin sebuah lagu.....gw salut banget sama lagunya......berhubung lagi belajar maen gitar( dikamar ada gitar si Tam lee....masih belum dijemput) gw coba nyanyiin..walaupun nggak sebagus pencipta dan penyanyi aslinya, tapi gw berusaha nyanyiin dengan suara pas pasan dan permainan gitar yang bikin semut aja pengen numpang tidur di di sarang kecoa.....

o iya...gw udah mulai ngerjain lukisan ketiga gw.....temanya master interpretation, gw milih lukisan edouard manet judulnya the dead toreador.....

ni dia lukisan aslinya......
trus kita disuruh bikin lukisan kita sendiri berdasarkan lukisan master ini.....gw nyoba berkreasi dengan memberikan nuansa indonesia atau minangkabau lebih tepatnya di lukisan gw....gw ganti pakaiannya, backgroundnya........trus warna base nya.......judulnya gw bikin the dead pandeka ha ha ha ha ha ahdan beginilah kira kira bentuknya sekarang....gw masih ada waktu 10 hari lagi buat nyelesaiin.......moga aja bisa jadi lebih bagus dari yang pertama dan kedua.....buat lukisan yang kedua gw cuma dapet 88...hmmm....padahal lukisan yang pertama gw dapet 93...
ok deh...buat adek2 di agam cendekia yang ikut simak ui.....moga sukses.......mari majukan agam cendekia

Sunday, February 22, 2009

Isi koran Rome news tribune tentang RIEI.....ada poto gw, junaidi, deni, putra dll

Woman on a mission: Tennis instructor Janet Williams serves Indonesian students by helping their education

02/21/08
By Charlotte Atkins, Rome News-Tribune Editor
Respond to this story
Email this story to a friend

Indonesian students Rudi Nefid (left) and Syaweli (center) are among six student candidates who may get to further their education in Rome. (Contributed photo)
... ...Serving has never been more important to Janet Williams — on the tennis court and off.

Most who know Williams know her as a tennis pro and instructor teaching locals the game that’s synonymous with Rome.

But she uses the game and her mentoring to reach far beyond the tennis courts of Rome, Ga.

She also serves her faith and others by doing mission work abroad with the support and blessings of her church, First Baptist, through the Cooperative Baptist Fellowship.

She was drawn to mission work a few years ago, especially after connecting with a husband-wife team of missionaries.

After a weeklong mission to Honduras with the local church, she was ready for a more long-term mission.

She thought she’d have to put the tennis racquets away while she devoted her time to God’s work.

But her destiny would include both.

The CBF has an educational foundation, and it worked out that she was called to Indonesia t

Janet Williams (second from right) poses with students she taught in Indonesia. She was so touched by their desire for education that she founded a nonprofit group to help. (Contributed photo)
o be a tennis instructor in June 2006.

“It turns out tennis is the most popular sport there, so it’s a fantastic in with the people,” said Williams. “When I first felt God’s call to foreign mission work, I had no idea tennis would be part of it. But it is a great way to form relationships there.”

Williams lived in Bukittinggi in west Sumatra for about eight months. Click here to see a Google map. She was teaching tennis to students at a three-year high school for impoverished students in the small fishing village of Muko-muko on Lake Maninjau. The high school is fairly new and graduated its first class last year.

Education is a luxury for many there and the ultimate dream is higher education in the U.S.

Williams was touched by that yearning. When she returned to the States, she wanted to stay connected and continue to help. She didn’t know quite what path would unfold before her, but during talks with CBF colleagues the seed was planted that perhaps a nonprofit organization could help students further their education.

“That’s so not the direction I thought I was going — starting a nonprofit group. It’s a great idea if you’re Oprah Winfrey,” said Williams.

But after much soul-searching and praying about what was next in her life — with the Indonesian students still on her mind and in her heart — she decided a nonprofit group would be a way to maintain that connection and help some of the kids’ dreams of college come true.

“These are the brightest of kids from the poorest of families, and I really wanted to help them.”

With the help of people like Allison Brooks, a fellow First Baptist church member, and others, she is making great strides.

“These are bright kids, but they had nowhere to go after middle school,” said Brooks. “We felt led to try to help these kids.”

So the group — called Ruble International Education Initiative — decided to try to tap into Rome’s notable educational community.

Williams, a Berry College grad, looked within her church family for connections to local colleges and schools.

The group approached Berry College and Shorter College about the prospect of scholarships.

Each college agreed to give a four-year full-tuition scholarship to a student.

Darlington School was also asked to help and agreed to give a one-year scholarship to a prep student.

“People were moved by the story, and it really wasn’t difficult to get them engaged and on board for fall 2008,” said Williams. “I was stunned at how easy it was.”

But the work is far from over.

The group is raising money to help with all of the other student costs such as books, clothes, living expenses and some room and board. The Darlington student will have housing included as part of the scholarship, and an anonymous donor has offered to take care of the room and board for four years for the Berry student.

Williams returned to Indonesia in January to screen applicants and narrow the list to six students, three of whom will come to Rome next fall to further their education. The group hopes to also provide funding for three more of the students to attend college in Indonesia “for a fraction of the cost” as well.

The effort has gained momentum and “is very real now” for Williams, who is spearheading it.

Fundraising is paramount. It’s key for making sure the students’ experience here in Rome is all it needs to be.

The mission is one of helping on a global spectrum through the lives of individual young people. After helping students from Indonesia, Williams hopes that as the initiative matures it will be able to assist students from other countries.

“Our goal is to get impoverished international kids here and get them an education with the expectation that they will go back and help their community and make a difference,” said Brooks. For example, a couple of the student candidates want to become doctors.

So by changing the lives of a few poor-but-motivated students, Williams and other Romans hope to touch the lives of many more in a remote village along the shores of a crater lake in the mountains of Indonesia.

If you’d like to help

Contact Janet Williams, founder of Ruble International Education Initiative, at 706-802-8307.

Saturday, February 21, 2009

Dan acara yang dipenuhi rasa grogi itu.....


HUahhhhh...... akhirnya konser yang sudah 5 bulan kami tunggu tunggu selesai juga. kamis malam pukul 17 30 p.m acara dimulai.........

Sebelumnya gw berangkat dari berry ke shorter jalan kaki jam 2 siang.... jam setengah 3 gw sampai di kamar si oo. Setelah mempersiapkan mental se siap2nya, kita jalan ke kantornya Dr, Sam baltzer. trus kita sama sama naik mobilnya dr. baltzer ke Rome city auditorium atau civic center.

Disana, gw sama nugroho harus ikut beres beres persiapan buat acara jam 17.30. kita dapat informasi kalau kita bakalan tampil sekitar jam 17, 40 atau penampilan ketiga. jantung udah dag dig dug jdeerrr,,.....

Jam 16, si putra belum datang juga...si oo udah panas banget bakalan mencet pantatnya si putra kalau sampe telet. jangan sampai dia baru datang 10 menit sebelum tampil, bisa kacau acara ntar. Akhirnya baru jam 16 40 dia baru datang. gw sama nugroho lagi ganti kostum di ruang ganti artis (artis coy...gila nggak tuh?) si putra tiba 2 aja ngetuk pintu dan alhamdulillah dia udah make kostum.....

setelah gw sama oo berpoto2 bentar, kita keluar buat nyari Mom, Dad and ms. jan.
diluar, kita poto2 lagi....gila..enak banget jadi artis he he he he

Pas pukul 17.40, kita dipanggil masuk pentas......wuih...gw jalan di depan, si oo masuk belakangan soalnya dia bawa gitar. gw sama si putra masuk trus bergaya randai hepta hepti dan sabagainya.....sambutan penonton gila banget...... gw jadi makin grogi.

baru aja si oo selesai baca speech nya, kita langsung ambil posisi buat nyanyi. gw udah bawa pupuik bansi. baru mulai lagu, si putra ternyata suaranya nggak kedengaran, micnya kurang pas........gw ikut nyanyi.........tapi berhubung mic gw dari awal di setting buat suara bansi, suara gw jadi kedengaran lebih keras dari suara putra....dan yang nggak enaknya, di satu baris lagu, suara gw mendadak fals...tiidaaaaaaaakkkkk...untungnya cuma dikit aja......dan orang yang denger nggak tau he he he he he

habis nyanyi, si putra sama oo langsung tampil silat berdua. awalnya sih keren banget, sayang, bagian bantingan yang harusnya jadi paling keren, si putra nggak dapat tangkapannya.....tapi sekali lagi, orang nggak ada yang tahu........jadi aman lagi.

setelah kita tampil, orang2 yang nonton pada ngasih selamat...katanya tanpilan kita bagus banget. Alhamdulillah orang yang nonton suka dengan penampilan kita. Untungnya lagi sebelum pulang, ada salah satu panitia acara yang ngasih tahu kalau suatu saat, mereka bakalan ngundang kita lagi. Amin, moga tercapai....

o IYA, GW BIKIN VIDEO latihan di kamar hari rabu lalu......gw kasih sela sela poto gw..keren deh..editingnya pake muvee.

Thursday, February 19, 2009

Konser ntar malam dan beberapa poto baru

Hmmm....gw lagi dikelas dengarin ocehan Dr. Sockwell tentang tax, rates, demand dan segala macam lah....gw nggak ngerti.......untung gw lagi bawa laptop jadi bisa ngisi waktu yang membosankan ini dengan bikin postingan baru. biarin aja tu professor ngoceh sendiri....yang lain juga pada nggak dengerin ha ha ha ha ha....si Steven di sebelah gw malah lagi asik buka facebook.
Akhirnya, setelah nunggu beberapa waktu, nanti malam kita bakalan tampil dalam acara konser NW GA Winds, Music from just west of paradise. Gw bakalan main seruling dan pupuik bansi dalam lagu tinggalah kampuang ciptaan pak, Syahrul tarun yusuf. trus si putra sama oo bakalan nampilin peragaan silat minang yang udah kita latih beberapa kali. waktu mereka bersilat, gw main pupuik bansi buat backgroundnya. Kita udah dapat kiriman baju tradisi dari indonesia buat tampil. masalahnya sekarang adalah gimana caranya masang sampiang kalo nggak ada peniti.

O iya, lukisan gw udah jadi dan alhamdulillah, hasilnya lumayan. Trus kata professornya, lukisan gw yang terbaik buat tema ini. moga aja gw bisa dapat A lagi buat lukisan yang ini.

kemaren si oo sama si putra kekamar gw, kita latihan silat sama lagu yang bakalan kita tampilin nanti malam. setelah 1 jam lebih latihan, si putra pulang, tapi si oo nggak. soalnya jam 6 sore disini udah gelap banget. nggak ada lagi bus yang lewat. mau jalan juga jauh, gelap pula. dengan sangat berbahagia si oo akhirnya nginap di kamar gw. yah,,....nggak masalah sih, soalnya roomate gw udah pindah kamar dua minggu yang lalu. Berhubung si oo belum makan malam, gw tancap ke dinning hall buat ngambil makanan sebanyak2nya........trus dikamar, kita hajar deh tu vegetarian pizza sama chicken steak.
nggak lama habis makan, gw ganti kostum sama pakaian silat, trus poto2 lagi.ha a ha ha ha ha ha h...dasar narsis...
gw emang keliatan cool banget, kayak teroris ha ha ha ha ha ha
bang haji Roma, rekrutlah aku jadi anggota soneta ha ha ha ha ha ha ha......judiiiii....hi hi hi hi...pesilat kiyutt

Ini yang namanya gaya buaya...alias buayo yang bukan buaya darat...Pesilat pink...kiyutt

Sunday, February 15, 2009

siap2 konser.." NW GA WINDS.....Music from west paradise"



kemaren gw nginap di shorter. Kebetulan roommatenya si oo lagi ke tempat kawannya, gw bisa numpang nginap di asramanya deh. sore kemaren kita2 ada latihan buat konser hari kamis depan,
dari pagi kemaren, gw udah pusing nyari kawan yg bisa ngantarin ke shorter. sayangnya semua orang pada pulang...soalnya kan hari valentine, jadi pada keluar ma ceweknya.
jam 12 gw bikin sebuah keputusan terbesar dalam hidup gw. keputusan yang merubah masa depan gw. keputusan yang nggak akan pernah gw sesali yaitu .......................................................................
................" GW JALAN 4 KILO SIANG SIANG SENDIRIAN DARI KAMPUS BERRY KE KAMPUS SHORTER"
Jarak 4 kilo sebenarnya bukan masalah, tapi yang jadi masalah adalah gw adalah satu2nya manusia yang jalan kaki di Highway di Rome GA hari ini. secara jalan dari berry sampe ke redmond circle nggak ada trotoatnya dan ada rambu2 yang yang kayak gini
"NO SIDEWALK FOR PEDESTRIAN"
GIILAAA..GW jalan dengan jantung dag dig dueer..takut ketauan sama polisi. kalau ketauan kacau juga, bisa bisa gw ditangkap, trus dibawa ke kantorr polisi buat di interogasi. gw lalu dimandiin pake selang trus gw mwlawan, gw pukulin tu polisi2 trus gw kabur pake motor lari kehutan.....(gilaa...kayak film rambo)
untungnya nggak ada orang yang sadar kalo ada bocah dari kota kecil bernama bukittinggi di negeri yang gaji pegawai negerinya sama dengan uang jajan anak tk disini lagi jalan di pinggir jalan tol yang nggak boleh dilewati dengan jalan kaki.
di shorter kita latihan lagu minang sama silat yang mau kita tampilin. yah lumayanlah daripada enggak..
berhubung gw nggak mau jalan bolak balik berry-shorter dalam sehari, gw nginap aja di asrama si oo.......tadi pagi gw baru balik lagi setelah bereksperimen motong rambut jadi pendek banget kayak jendral cina(kayak batok kelapa)
o iya, sahabat alias saudara alias sdr gw si dedi hadir di acara talkshownya raditya dika si male goat di serang banten. dan ujung2nya dia bikin gw iri. dia dapet poto bareng sama si radith.gilaaaa.......untung banget lo dr.....
gw iri banget deh.padahal kan gw yang memperkenallkan buku2nya si radith di ac dulu......

selamt deh dr......muka lo mirip banget ma si kambing......

Sunday, February 8, 2009

huah hua h huh hauh auhuhau..........capek

PAgi tadi gw ke studio buat bikin tugas lukisan kedua. temanya limited space and shape. kita disuruh bikin lukisan benda menggunakan 2 warna salah satunya hitam...ditamnbah putih buat efek cahaya.
gw bikin lukisan sepatu yang gw lempar ke sudut kamar, ada hp sama cukuran juga. sepatunya gw taro diatas kamus.
berhubung hari minggu gw nggak ada kerjaan, gw kerja distudio dari jam 11 sampe jam 2 siang. nggak sadar, gw ternyata hampir bikin tu lukisan selesai. setelah gw liat lagi, ternyata gw udah kelewatan ngerjainnya.
Tidaak......bisa bisa gw dimarahin sama professor adam nih....dia kan orangnya sensi banget kalau soal tugas. akhirnya jam 4 sore tadi gw kirim email kebeliau. gw bilang kalau gw nggak sadar ngerjainnya sampe hampir jadi kayak gitu. jam 4 12, gw dapat balasannya, katanya ngw emang udah kelebihan nih ngerjainnya. sial,,gw harus ngulag lagi....tapi kayaknya nggak masalah banget, soalnya gw masih bisa edit dikit lagi nih, biar nggak terlalu jadi.
trus, jam 5 gw langsung tancap lagi ke studio........gw oret oret dikit..trus jadi kayak gini

yang ini lumayanlah...nggak terlalu jadi....moga moga aja nggak kena marah deh besok..


Tuesday, February 3, 2009

Kisah lampau...

Kemaren gw bongkar bongkar album poto yang gw bawa. akhirnya gw nemu beberapa photo waktu gw masih ikut kungfu....photo ini diambil sebenarnya di rumah.......pake kamera chic..he he he he h emang kamera murahan.
karena waktu itu kita masih belum punya kamera digital, jadi otomatis gambarnya yang ada cuma yang udah dicetak aja. pas gw nemu photo ini kemaren, gw langsung ngambil hp sony erikson k770 gw....buka lensa kameranya, trus "bakodak kodak" deh....
ada beberapa gambar lagi..tapi ini gambarnya masih belum terlalu lama......yang satu gambar gw waktu habis nerima medali perak silat sumbar.....sayangnya waktu itu kita belum punya komputer, jadi gambarnya dicetak aja sekali, trus dihapus dari hp.....jadi gw cuma bisa moto hasil cetakannya yang udah mulai buram....

Waktu itu gw turun di ganda putra. pasangan gw waktu itu bang Frezy.. dia sekarang kuliah di unand. kita cuma kalah sama anak padang yang biasanya emang selalu menang...he he he he he he heh.....tapi nggak pa pa, juara dua juga udah lumayan.

eh selain poto2 silat sama kungfu, gw juga nemu poto2 waktu almeta voice ikut kompetisi nasyid se sumbar. Namanya WS medis. festival nasyid ini diadakan oleh fakultas kedokteran unand,,,dan acara ini diadakan tiap tahun, sampai sampai jadi ajang nasyid paling bergengsi di sumbar lo.... gw ada potonya waktu kita lagi di audisi. kita dimasukin ke ruangan sempit gitu...disana ada jurinya....kayak indonesia idol gitu.... alhamdulillah kita lulus buat ikut grand final
Kualitas gambarnya emang ngak bagus....soalnya gambarnya di ambil pake kamera hp ...itupun di poto dari poto yang udah dicetak....

sayangnya ridho sama erikson dibelakang nggak keliatan.

mereka main gitar....
nih daftar personil almeta voice:
Yogi : Tenorist
Fauzan : Bassist, variasi
Dedek : Vokalist, Variasi
Ruddi nefid/ gw: LeadVokalist
Denno : Bassist, Vokalist
Putra : Baritonist, variasi

kita kompak banget...diberi kehormatan buat ngisi acara pada festival danau maninjau 2006, dan beberapa acara lainnya...yang paling membanggakan adalah, kita udah beberapa kali tampil dihadapan menteri sosial Ri bapak H. Bachtiar Chamsyah....soalnya beliau emang sering banget dtang ke agam cendekia......beliau kan ketua dewan pembinanya. oo iya satu lagi..kita juga udah pernah jadi wedding singer di acara walimahan Bunda Nailil fiza di bukittinggi.....wueh, padahal waktu itu kita udah bubar lo, tapi diminta buat gabung lagi sama bunda nailil.

Saturday, January 31, 2009

yeaaaa....lukisan gw udah jadiiiiii............yeahhhhh

HAaaaaaaaaa......lukisan gw udah jadi...nggak sabar pengen liat nilainya...
setelah 2 minggu berkutat dengan kuas"best friend", kanvas dan cat acrilic, akhirnya akhirnya akhirnya akhirnya bereeesssssssss.......hia ha ha ha ha ha ha ha ha ha ha....hasilnya udah jauh lebih baik daripada minggu lalu....coba deh bandingin yang sekarang dengan yang minggu lalu........ ini yang udah final.....udah siap buat dikumpulin hari senin.

yang ini minggu lalu...sapuan kuasnya lebih kasar dan efek cahayanya masih belum keliatan


hmm..puas banget deh....



















Friday, January 30, 2009

SMAN Agam Cendekia....The best lah pokoknya...


kemaren gw, oo sama putra ada meeting sama Dr. Baltzer di kampus shorter. gw udah nyoba nyari teman yang bisa ngantarin ke sana, sayang nggak ada yang mau..........
akhirnya gw jalan dari mount berry ke Shorter avenue. gila capek...secara gw udah jarang jalan sejauh itu sejak lulus sma.........
pas udah nyampe, kita ada meeting bentar..cuma 5 menit....nggak fair, gw dah jalan hampir satu jam sementara meetingnya cuma satu menit.

habis itu kita latihan bentar,,lumayanlah gw masih sempat nyuruh si putra buat moto...
o iy ada yang lebih penting,..

Gw dapat berita ini dari koran padang ekspres online.........bangga deh jadi alumni agam cendekia

"SMAN Agam Cendekia Sarat Prestasi"
Sabtu, 31 Januari 2009
Lubukbasung, Padek—SMAN Agam Cendekia membuktikan diri sebagai sekolah terbaik di Kabupaten Agam. Dari berbagai iven yang diikuti para siswa dan siswi sekolah tersebut, selalu mendulang prestasi terbaik.

Bahkan sejak beberapa bulan terakhir, sekolah yang diproyeksikan mampu melahirkan putra-putri terbaik di Sumbar itu juga berhasil membuktikan kepiawaiannya dalam berbagai lomba bidang studi di berbagai daerah.

Kepala SMAN Agam Cendekia Dra Hj Wellita MM mengatakan, para siswa binaannya beberapa waktu belakangan sudah membuktikan kepiawaiannya dalam penguasaan materi bidang studi, serta sukses meraih gelar terbaik tingkat Sumbar.

Di penghujung tahun 2008 lalu, sebutnya siswanya antara lain berhasil meraih Juara I lomba Sekolah Sehat di Agam, Juara Umum Lomba Cerdas Cermat Sumbar Seabad Kebangkitan Bangsa.Selain itu, Juara Umum Lomba Biologi tingkat Sumbar, Juara Umum Lomba Fisika tingkat Sumbar, Juara I Lomba Kimia Beregu untuk tingkat Sumbar, Riau dan Jambi.

”Prestasi yang diraih para siswa ini sebagai wujud dukungan berbagai kalangan. Sebab, sebagai sekolah ini memang dipersiapkan untuk bisa melahirkan siswa terbaik di Sumbar. Dalam hal ini kami berupaya maksimal mendorong terealisasinya tujuan itu,” kata Wellita.Sehubungan dengan keberhasilan pihaknya meraih predikat sebagai Sekolah Sehat 2008 di Agam, Wellita menyebut hal itu sebagai pondasi utama yang sejak awal dipersiapkan sekolah bersama Yayasan Bina Insan Cendekia.

”Dengan lingkungan yang bersih, bebas rokok, kebersihan seluruh fasilitas sekolah dan kerapian siswa dalam berpakaian, menjadi acuan penting mendorong prestasi. Kami sangat termotivasi dengan prestasi yang diraih para siswa selama ini,” ujarnya.Di samping itu, Wellita mengharapkan, para siswanya juga bisa meningkatkan prestasi dalam Ujian Nasional (UN) 2009 nanti. (men)